SUARA RAKYAT.NEWS, WAJO - Pembangunan infrastruktur jalan tetap menjadi prioritas Bupati dan Wakil Bupati Wajo, Amran Mahmud dan Amran, pada 2023 ini. Setelah melewati masa-masa sulit akibat Pandemi Covid-19, beberapa ruas jalan dipastikan akan dilanjutkan pembangunannya secara bertahap.
Salah satu ruas jalan yang pembangunannya akan berlanjut, yaitu ruas Lowa - Macero. Tahun ini akan dibangun 649 meter dengan anggaran Rp3,40 miliar lebih.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Pertanahan (PUPRP) Wajo, Andi Pameneri, menjelaskan ruas yang melintasi Kecamatan Belawa dan Tanasitolo ini memiliki panjang 13.200 meter atau 13,2 kilometer (km) dengan lebar 5 meter.
"Dari data tercatat hingga tahun 2021 lalu, ruas Lowa - Macero sudah dibangun sepanjang 10,094 km dengan total anggaran Rp41,86 miliar lebih," ujar Pameneri, Jumat (20/1/2023).
Pameneri mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wajo telah membangun ruas Macero - Lowa secara bertahap sejak 2017 lalu. Kini tersisa 3.106 meter belum terbangun pada stasioning (sta.) 8.800 - sta. 11.906. Dia pun merinci pembangunan jalan beton yang bersumber dari berbagai anggaran itu.
Dimulai Pada 2017 lalu sepanjang 4,2 km senilai Rp11,59 miliar lebih. Kemudian, 2020 1,7 km senilai Rp5,45 miliar lebih dan pada tahun yang sama sepanjang 1,594 km dari APBD provinsi senilai Rp5,920 miliar. Lalu, 2021 2,6 km senilai Rp15,89 miliar.
"Dari 3.106 meter ini, tahun 2023 kita akan kembali bangun 649 meter senilai Rp3,40 miliar lebih. Jadi, nantinya sisa 2.457 meter atau 2,457 km. Mudah-mudahan ke depannya bisa kita tuntaskan," terang alumnus IPDN ini.
Pameneri mengungkapkan, pembangunan jalan beton ruas Lowa - Macero diharapkan memberikan dampak positif bagi warga setempat, salah satunya sebagai akses untuk mengangkut hasil pertanian dan perkebunan.
"Jalan ini juga merupakan jalan pintas bagi warga Belawa menuju ke ibu kota kabupaten, Sengkang, yang menghemat waktu tempuh dan jarak tempuh," ucapnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Wajo, Muhammad Ashar, menjelaskan sepanjang ruas tersebut dominan lahan pertanian. Sebagiannya ditanami cabai.
"Dengan memadainya jalan sekarang ini. Petani menjual gabahnya dengan mudah dan harga tertinggi mencapai Rp5.500 per kilogram (kg). Sementara, cabai mencapai Rp30 ribu, bahkan pernah tembus Rp58 ribu per kg," tuturnya.